Ketika seorang siswa SMA baru saja lulus dari
sekolahnya, tentulah yang menjadi tujuan berikutnya adalah kuliah. Entah itu di
perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Dengan melalui PMDK, SPMB ataupun
cara-cara tak halal yang sudah menjadi rahasia umum sekarang. Nampaknya
keinginan untuk kuliah begitu besar bagi lulusan SMA. Seolah-olah ketika
seseorang telah duduk di bangku kuliah, masa depannya akan terjamin. Padahal
dunia nyata tidak seperti itu
Setiap tahun,
ribuan mahasiswa diluluskan oleh kampus mereka masing-masing. Mengisi lowongan
yang masih sedikit tersisa untuk mereka. Tentu saja persaingannya sangat ketat.
Dengan ijazah dan beberapa tes, mereka bisa saja lulus seleksi dan bekerja,
menjadi karyawan. Pergi di saat pagi hari, atau bahkan lebih pagi lagi biar
terhindar dari kemacetan, jam 8 tepat harus sudah dikantor. Kemudian istirahat
makan siang jam 12, trus disambung lagi kerja sampai jam 4 atau 5 sore. Pulang
ke rumah dan harus berpapasan dengan kemacetan lagi untuk kedua kalinya di hari
itu. Sampai dirumah, mandi
dan makan malam. Kemudian tidur, karena badan sudah lelah. Besok, pagi-pagi
sekali harus sudah bangun. Begitu seterusnya.
Ya, kebanyakan
sekolah mengajarkan kepada kita agar berpikir seperti ini : ?Sekolah lah yang
rajin, biar pintar, dapat nilai tinggi, terus kuliah yang bener, dan jadilah
karyawan baik sehingga cepat naik pangkat?. Pemikiran seperti inilah yang
membuat 12,6 juta jiwa orang menganggur. Kita jarang diajarkan untuk membangun
bisnis kita sendiri. Dan untuk membangun bisnis kita sendiri tidak lah
dibutuhkan selembar ijazah pun. Yang dibutuhkan hanya keberanian.
Kebanyakan
tujuan seseorang untuk kuliah adalah agar mendapatkan pekerjaan yang layak
setelah lulus kuliah nanti. Dan menurut mereka, pekerjaan yang layak hanya akan
di dapatkan jika mereka bisa mempunyai selembar ijazah dengan nilai yang
tinggi. Mereka takut jika nilai mereka buruk maka masa depan mereka akan ikut
memburuk juga. Karena itu, mereka berusaha semampu mereka untuk tidak
mendapatkan nilai yang buruk. Apapun caranya. Entah itu dengan belajar lebih
giat atau dengan tindakan tak terpuji. Mencontek, meminta tolong teman untuk
mengerjakan tugas, mengcopy artikel langsung dari internet tanpa mengolahnya
dulu, titip absen, bekerja sama saat ujian, adalah hal-hal yang saya golongkan
dalam perbuatan tak terpuji.Secara tidak langsung, sekolah atau kampus
mengajarkan kepada kita hal-hal tercela di atas. Ini tidak lain dikarenakan
pengukuran kemampuan seseorang adalah melalui nilainya. Seidealis apapun
sekolah atau kampus, nilai tetap menjadi rajanya. Tidak mau tahu anak itu punya
kecerdasan di bidang lain. Kalau saja nilai keseluruhannya buruk, maka buruklah
ia.
Inilah yang
saya rasakan ketika sudah menjadi mahasiswa yang baru menginjak semester 3 ini.
Meskipun hal-hal diatas tidak lepas dari iklim di setiap kampus masing-masing,
dan dikampus saya tercinta ini sangatlah jamak terjadi juga tidak bisa di
pungkiri sayapun pernah melakukan beberapa hal yang seperti itu. Tetapi bukan
berarti saya lantas sepakat dengan adanya permasalahan seperti itu, namun semua
itu adalah suatu proses terhadap diri
saya. Bagaimana saya bisa beradaptasi, bisa mempunyai interaksi yang baik
terhadap semua kalangan serta yang paling utama adalah bagaimana saya bisa
menemukan siapa jati diri saya sebenarnya!!!
Ilmu praktis
seperti yang satu tahun ini saya pelajari di bangku perkuliahan merupakan suatu
pilihan yang dating karena ketertarikan yang begitu besar sejak SMA, karena
saya menganggap pelajaran Matematika lebih bisa dinikmati dari pada yang
lainnya. Perasan yang nyaman dalam melakukan proses mencari jati diri akan
lebih indah dan mengakar dalam landasan pemikiran.
Tujuan sebagai
manusia Indonesia mempelajari mata kuliah Ilmu sosial budaya.
Saya melihat
nampaknya tidak mudah bagi masyarakat Indonesia untuk menerima kenyataan akan
terjadinya perkembangan dan pembaharuan dalam kehidupan sosial budaya
mereka. Orang belum menyadari adanya keterkaitan langsung antara perkembangan
ilmu dan teknologi dengan sistem sosial budaya yang berlaku. Kalau ada
perubahan sikap dan pola tingkah laku sementara masyarakat, semuanya itu
dianggap sebagai tanda-tanda terjadinya erosi kebudayaan, kalau tidak dikatakan
menyimpang. sikap ini merupakan penghabat utama dalam pengambilan ilmu seni dan
teknologi di Indonesia.
Mengingat
kita pada umumnya sebagai orang Indonesia
dan sacara khusus adalah mahasiswa yang bearkar budaya masyarakat dan berfungsi
sebagai pembangun budaya masyarakat. Kita harus mampu memiliki kemampuan
sebagai pelopor, pembentuk citra, mengilhami pemikiran dan memiliki taidiri,
maka dalam membentuk penampilannya yang ramah (friendly), kita berusaha
mengahayati kebutuhan dan aspirasi sesame manusia Indonesia dalam pembangunan.
Agar hubungan
Masyarakat untuk mengkomunikasikan informasi mengenai persoalan-persoalan
ekonomi, politik, sosial, budaya, dan kemajuan teknologi. Hubungan Masyarakat
berperan penting dalam memenuhi permintaan yang semakin meningkat akan ilmu
pengetahuan. Dewasa ini Hubungan Masyarakat merupakan suatu fenomena. Maknanya
dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial. budaya kita belum dipahami secara
menyeluruh oleh masyarakat. atau dalam banyak hal, oleh manajemen. Dalam
keanekaragaman penjelasan mengenai Humas sebagai kegiatan yang tidak nampak,
rekayasa kesepakatan, dan pencerminan citra suatu organisasi. Mengingat
kita mahasiswa yang mempunyai kepedulian
yang tinggi maka harus mempunyai sifat ganda yaitu sebagai agen pembaharuan dan
pelestarian nilai-nilai budaya bangsa, menjadi sangat agen pembaharuan dan
pelestarian nilai-nilai budaya bangsa.
Mengingat sikap dan kondisi masyarakat di sekitarnya yang
belum sepenuhnya memahami kaitan perkembangan dan pembaharuan yang terjadi
akibat pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi. Sebegitu jauh hanya sebagaian keil
masyarakat yang menyadari akan adanya perkembangan dan akibatnya, itulah mereka
yang dapat menikmati kesemapatan yang tersedia. Mengingat hal tersebut diatas,
diperlukan mekanisme pembelajaran mata kuliah Ilmu sosial budaya di dunia
perkuliahan yang dapat membantu perkembangan ilmu pegetahuan dan teknologi
tanpa harus merusak keseimbangan sosial budaya yang dinamis.
No comments:
Post a Comment